Reviens.id, Purworejo – Saat teman-teman sebaya dan sepermainannya sibuk dengan game online Mobie Legend dan sejenisnya, Seno dan Kangko malah memilih hobi yang berbeda. Anti mainstream begitu bahasa anak gaul Milenial saat pilih jalan berbeda. Kembar kelahiran 16 Juni 2007 yang lahir hanya selisih beberapa menit lewat operasi Caesar ini seperti bua yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Dari Kakek Buyut sampai ayahnya mengalir deras darah seni turun temurun.
“Saya Cuma kadang berpikir sebagai orang Jawa, jangan sampai kelangan obor, Simbah saya kondang lekat dengan kultur Jawa, Mbah Ki Guno Warsono dari Desa Ambal pesisir Pantai Selatan pernah dikenal sebagai Dhalang di sepanjang kawasan Urut Sewu.” kata Ki Sunarpo Guno Prayitno yang tak lain adalah ayah Seno dan Kangko.
Lalu ayah Ki Sunarpo Guno Prayitno sendiri yakni Ki Basuki Hendro Prayitno juga mewarisi keahlian memainkan wayang.
Kini giliran Si Kembar Seno dan Kangko di era Milenial ini siap bertahan “nguri-uri” dan melestarikan budaya leluhurnya yang Jawa itu di tengah arus mainsteram yang hiruk pikuknya nyaris menenggelamkan budaya adiluhung ini.
Menurut Ki Sunarpo Guno Prayitno, sejak SD kelas 6 Seno sudah mengawali debutnya sebagai dhalang. “Durasi paling sampa pukul 02.00 WIB, belum kuat sampai selesai pagi hari mas.” kata Ki Narpo kepada Reviens.
Sementara itu kak kembarnya, Kangko sejak kelas 2 SD juga trampil memainkan alat musik Kendhang. “Pas saya uyon uyon main karawitan Kangko yang ngendhangi, mengisi irama gending sederhana.” tambahnya.
Mereka menggunaan Smartphone bukan untuk main game atau sebangsanya, dari sini mereka mencari referensi tentang permainan wayang dan kendhang. Dari Youtube dan medsos apapun yang berbau wayang dan kendhang mereka cermati sebagai bahan belajr dan studi banding untuk memperkaya gaya permainan.
Si Kembar yang masih mengebor ilmu di SMP N 34 Purworejo ini seperti asyik dengan dunianya yang memang beda dengan teman-teman seusianya. Prestasi demi prestasi mereka raih meski dengan keterbatasan yang mereka punyai.
“Kami memberkan kesempatan seluasnya kepada semua anak didik yang punya talenta seni dan olah raga untuk mengembangkan bakat dan hobinya.” kata Kepala Sekolah SMP N 34 Purworejo, Kasinah, S.Pd. MM kepada Reviens.
SMP Negeri 34 Purworejo yang beralamat di Desa Ketawangrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, KP 54265, berada 1 km sebelah utara Samudra Indonesia, terletak disebelah utara persimpangan jalur selatan-selatan (Jl. Daendeles Yogyakarta – Kebumen) dan (Jalur ketawang – Kutoarjo. Daerah ini lebih dikenal daerah “urut sewu”. SMP N 34 Purworejo menyandang status akreditasi ” A “.
Meski terletak di pinggiran Kota Purworejo, sekolah ini memiliki fasilitas lengkap. Lab IPA, Lab. Komputer, ruang multimedia, sarana olahraga, kesenian, live skil dll. Prestasi siswa, pernah meraih juara I olympiade Matematika Tk Kabupaten Purworejo tahun 2005, Juara II pencak silat pitri Tk Karesidenan Kedu tahun 2010.Tahun 2010 / 2011 berhsil lulus 100%.
Si Kembar ini mencatatkan diri untuk melanjutkan rangkaian prestasi anak didik SMP N 34 Purworejo. Dengan meraih prestasi salah satunya, Seno sebagai Juara I Festival/Lomba Dalang Anak Tingkat Se-Eks Karesidenan Kedu dan Juara III pada iven yang sama se- Provinsi Jateng pada 2020 yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Sedang Kangko mearih Juara I Se-Kabupaten Purworejo belum lama ini.
“Kami akan terus mencoba memberi ruang anak-anak seperti Seno dan kangko yan telah mengharumkan nama sekolah dan daerah, ke depan fasilitas seperti seperangkat Gamelan dan alat musik lainnya bisa kami usahakan dan semoga bisa memenuhi kebutuhan anak-anak berprestasi seperti mereka.” tambah Kasinah.
Apresiasi dan doronga semangat juga datang dari orang nomer 1 di Kabupaten Purworejo. Pjs Bupati Purworejo, Ir. Yuni Astuti MA di ruang kerjanya, mengatakan, “Ini hobi yang sangat bagus, tak semua anak seusia Seno dan Kangko tertarik pada yang mereka geluti, menjaga kelestarian budaya yang adi luhung leluhur, semoga terus berprestasi ya!”
Seno dan Kangko Si Kembar asal Desa Desa Dudukulon Kecamatan Grabag – Purworejo ini telah mengangkat nama Purworejo dan sekolahnya pada prestasi yang terukir indah dan akan selalu dikenang sebagai anak-anak muda penjaga Budaya Jawa. Gondomono Tundhung lakon yang dibawakannya dengan baik mampu melahirkan anak-anak milenial baru yang masih setia nguri-uri budaya Jawa.
Kisah Patih Gondomono yang dimainkan dengan skill mumpuni seperti teknik Sabet (cara mengerakkan wayang) lalu skill Sanggit (cara membuat alu cerita agar penonton seolah bisa masuk merasakan suasana cerita), lalu Keprakan suara musik yang dimainkan oleh kaki.
Seno menguasai pula Dodogan yang pas saat intonasi bicara atau ucapan yang nyaris sempurna dengan karakter tokoh yang dimainkan. Ontowecono suara karakter tokoh per tokoh dimainkan selama durasi lomba kedu 25 menit mampu membuat juri terpukau. (agam)
Discussion about this post