Beberapa hari ini Purworejo, dan juga Indonesia digegerkan dengan keberadaan Keraton Agung Sejagat yang berada di desa Pogung Jurutengah, kecamatan Bayan. Saking gegernya di dunia mayapun menjadi tranding topik, dan media-media arus utama nasional ramai-ramai memberitakan hingga tembus menjadi tranding di youtube.
Tidak habis di media sosial saja, ternyata keberadaan “kerajaan” ini juga menjadi bahan perbincangan di keseharian. Seperti halnya teman-teman di kalangan penulis yang notabenya tidak begitu tahu soal Purworejo, tiba-tiba membahas Purworejo dan sedikit ngeledek.
Di sejumlah grup media sosial juga ramai diperbincangkan, dan juga tak jarang yang mengeluhkan dengan keberadaan “kerjaan” ini yang menurut hemat saya cukup mencoreng nama Purworejo. Secara tidak langsung ini cukup menggangu kami yang diperantauan dengan “ledekan” teman yang tau berita ini.
Tapi ada hal yang membuat saya tergelitik dengan adanya fenomena ini, yaitu stetmen Bupati Purworejo yang malah justru berterimakasih dengan adanya Kerajan Agung Sejagat ini mengangkat nama Purworejo. “Saya malah justru berterima kasih sama apa namanya, sama itu Pak Totok atau sinuhun Raja Keraton Sejagat itu, Dengan adanya dia (Totok), maka Kabupaten Purworejo jadi terangkat, dikenal seantero Nusantara” kata Agus Bastian yang saya kutip dari kumparan dalam judul “Bupati Berterima Kasih ke Keraton Agung Sejagat: Angkat Nama Purworejo”. (https://kumparan.com/kumparannews/bupati-berterimakasih-ke-keraton-agung-sejagat-angkat-nama-purworejo-1sdrCGBOagj)
Iya sih memang terkenal, tapi apa iya kita sebagai warga Purworejo butuh kabupaten kita terkenal dengan cara seperti ini? Apa pemerintah ataupun kita tidak bisa membuat Purworejo terkernal dengan cara-cara yang positif dan kreatif?
Secara kasat mata memang terkenal, namun psikologi kami sebagai orang Purworejo terkena ledekan (walau itu becandaan) rasanya campur aduk. Alhasil untuk menutupi perasan itu saya pribadi jadi ikutan becandaan. Tapi ya tetap saja, masak iya kita bangga kota kita tercinta tanah lahir kita diledek dan buat becandaan seperti itu? Apalagi dengan stetmen bapak bupati itu, saya sendiri tidak habis pikir, kok bisa muncul stetmen seperti itu dari orang nomor satu di Purworejo.
Memang sih ini hanya opini dan uneg-uneg saya sebagai warga Purworejo yang merantau dengan kemunculan “kerajaan” dan opini bapak bupati tersebut. Siapa warga Purworejo yang tidak bangga jika kota kita tercinta terkenal, tapi kalau terkenalnya dengan cara seperti ini, bukanya bangga tapi malah malu.
Discussion about this post