Reviens.id, Purworejo – Hobi jika dikembangkan dengan serius bisa saja mendatangkan untung. Melihat peluang bisnis justru lebih jeli saat punya hobi. Paling tidak itulah yang ada dalam benak anak muda asal Desa Salam Kecamatan Gebang, Maulana, S.Sos.
“Ya semua ini berangkat dari kesenengan kami sekeluarga akan buah Durian!” kata Maulana membuka obrolan dengan Reviens.id.
Dirinya memang menceritakan bahwa saat itu bukan berpikir untuk bisnis terkait King of Fruits ini. Bagaimana caranya bisa merasakan nikmatnya Buah Durian setiap kali datang musimnya. Lahan yang tak seberapa luas sekitar rumahnya di Desa Salam Kecamatan Gebang menjadi tempat eksperimen.
Sekitar awal tahun 2000 memulai menanam pohon Durian jenis Montong, namun dalam perjalanan waktu ternyata jenis ini kurang tumbuh dengan baik di Desa Salam. “Saya kurang paham secara detil dan ilmiah kenapa kurang cocok, mungkin treatmen yang kurang pas dan iklim, faktanya rata-rata jenis Montong tak panjang umur di sini.”
Tak putus asa, Montong diganti jenis Bawor dan mulai ditanam awal tanam 2011 dengan bibit indukan dari Banyumas. Tak perlu menanti lama, pada tahun ke-4 setelah tanam, yakni tahun 2015 dari 6 pohon sudah ada 1 pohon yang berbuah. “Padahal tinggi bibit awal tanam belum ada 1 meter, namun sekarang berbuah sempurna ada sekitar 13 Durian!” katanya girang.
Inilah pemicu semangat dirinya sekaligus membawa virus positif buat tetangga dan warga sekitar Desa Salam. Bekas areal pohon Bambu menjadi lahan Pohon Durian Bawor yang menjanjikan keuntungan. Bibit Durian Bawor ternyata berhasil ditanam di Desa Salam Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo.
Semangat ini ditindaklanjuti dengan mendatangkan bibit secara bertahap beberapa tahun kemudian. Warga desa pun mulai titip untuk membeli bibit ditanam di lahan sekitar rumah. Minat akan bibit ini menjadi peluang bisnis yang menggiurkan.
Berbekal ilmu dari Banyumas asal bibit Bawor ini pula, Maulana makin bersemangat untuk memproduksi sendiri bibit Bawor metode Sambung Pucuk pada tahun 2018.
Batang bawah pohon bisa dipakai jenis duren apa saja, sedang yang atasnya disambung jenis Bawor. Semua pohon Durian miliknya makin menunjukkan pertanda baik, ya semuanya berhasil berbuah dengan perawatan dan pemupukan yang sederhana.
Ilmu Maulana pun makin berkembang, saat mengambil bibit ke kawasan Magelang, yakni Salaman, dirinya mendapat ilmu teknik Sambug Sisip. ”Di ketiak daun dan batang bawah kita lakukan sambung sisip dan Alkhamdullillah banyak keberhasilannya, sekitar 70- 80 persen berhasil.” Tenaga membuat bibit dengan teknik Sambung Sisippun datangkan dari daerah Salaman dan Kecamatan Kemiri.
“Kami perlu memproduksi lumayan banyak bibit untuk penuhi permintaan pelanggan.” tambahnya.
Sepanjang 1 hari dapat menghasilkan sekitar 300 batang bibit dari pagi – sore. Bahkan dirinya menawarkan 3 varietas unggul sebagai penghasil buah di bagian ujung atasnya, yakni Bawor, Musang King dan Duri Hitam (2 terakhir yang disebut ini menjadi primadona unggulan Durian asal Malayasia).
Mulailah stock bibit produksinya dikirim ke wilayah sekitar Jawa dan Kalimanatan. Media sosoial dimanfaatkannya secara tepat dan efektif. Dari akun Facebok dan offline dr mulut ke mulut, nama Maulana menjadi rujukan tempat mencari bibit pohon Durian. Tercatat pengiriman jumlah fantastis sekitar 8 truk ke wilayah Sampit Kalimantan 2018.
Peluang bisnis makin melebar, bahkan biji Durian yang tadinya dibuang berserakan kini menjadi komoditi yang punya nilai jual.
“Harga Pongge juga ikut terdongkrak, perkilonya dihargai Rp. 6.000,- sebagai bahan utama memproduksi bibit tenik sambung pucuk.”
Namun saat terasa perlu memotong waktu semai, sesekali dirinya membeli bibit yang sudah jadi.
Maulana yang menjabat sebagai Pak Carik (Sekdes) Desa Salam ini tak putus membawa virus positif kepada warganya. Para petani Durian yang dulu sering titip bibit saat dirinya membeli di Banyumas, kini tak perlu pusing berpikir ke mana menjual hasil panen Duriannya.
“Siap menampung seberapapun hasil kebun dari petani dan tetangga sekitar, kami jual di sini!” katanya optimis.
Menurutnya pasar Durian belumlah jenuh, meski dirinya sering mengirim Durian asal Desa Salam ke relasi yang punya kios di Jakarta dan Bekasi, namun tahun ini untuk Purworejo saja sudah kekurangan stock.
“Kasihan yang datang cari kesini kalau saya lempar ke luar kota semua!”
Maulana juga tak menolak untuk mengembangkan Durian lokal seperti Durian Si Katap (Kali Tapas) asal Kecamatan Bener yang sudah mendapat sertifikasi Durian bercitarasa tinggi.
“Jujur saya juga suka cita rasa Durian lokal yang ada pahit manis nya, tetapi untuk jualan ya Bawor masih terbukti sangat Marketable.”
Purworejo harus menangkap semua ini sebagai sesuatu yang layak dijual. Bawor ternyata mampu tumbuh dengan baik di Desa Salam Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo. Fisik Bawor buah hampir sama Montong, Bawor bawahnya agak menjorok ke dalam, kadang bisa diletakkan berdiri.
Bawor punya rasa dominan Manis Pulen ukuran besar dan ini yang pas buat jualan buat para penggemar King of Fruits. Warnanya yang Kuning Orange menjadi daya tarik tersendiri.
Durian Bawor di kebun miliknya perkilo dihargai dengan Rp. 85.000,-. Sebutir Durian minim biasanya 2 kg sedang paling besar bisa mencapai 7 kg. Harga kebun ini menurutnya masih tergolong murah dibanding dengan harga online. “Di Jakarta harga tembus sampai Rp. 150.000,-!”
Untuk tahun ini diakui karena curah hujan dan faktor iklim yang tak menguntungkan. Sejak awal Desember 2020 sampai bulan Febuari 2021 diperkirakan masa rentang waktu tersedianya Durian.
Untuk para penggemar Durian bisa mencatat waktu ini dan datang ke Desa Salam bisa melihat sendiri buah Durian yang Fresh dari pohonnya. Maulana pun menyimpan stock bibit buat para pembeli yang datang ke kebunnya dari harga kisaran Rp. 15.000,- rb sampai 1jt (2 th buah).(agam)
Discussion about this post