Reviens.id – Bagelen, siapa sih yang tidak tahu nama salah satu kecamatan di kabupaten Purworejo itu. Tidak sedikit orang di luar sana lebih tahu Bagelen daripada Purworejonya sendiri. Betul gak?
Tapi saya tidak akan membahas seputar kecamatan Bagelen, namun hal lain yang ingin aku ceritakan pada teman-teman lewat tulsan ini. Nah, di Bagelen tahu kan ada benteng pendem buatan zaman penjajahan? Namanya benteng pendem Kalimaro. Benteng tersebut merupakan salah satu benda cagar budaya yang ada di kabupaten Purworejo yang harus dilestarikan. Namun tidak hanya itu, di Bagelen juga ada situs yang seharusnya menjadi benda cagar budaya juga.
Bangunan ini berada di ngebong desa Krendetan. Emm..dan lokasinya berada di pinggir jalan akses ke desa Hargorojo, desa Sokoagung dan desa Durensari dll. Tapi orang pun tidak sadar kalau itu juga salah satu situs yang harus diketahui dan dilestarikan.
Aku sebagai orang Hargorojo yang kalau mau main atau ke kota melewati jalan itu tidak sadar kalau itu ternyata situs yang mungkin banyak menyimpan sejarah tempo dulu, tersirat di dalam bangunan yang kini terbengkelai itu. Aku sadar kalau di situ ada bangunan tua bersejarah sebagai cikal bakal keberadaan munculnya sejarah batik di wilayah Bagelen namun aku tidak tahu kalau itu bangunan kuno bersejarah.
Tahu itu bangunan bersejarah karena suatu malam aku share tulisan yang berjudul “Benteng Rebug Kemiri dan Misterinya” ke grup Paguyuban Wayah Bagelen, dan tidak lama pak Kuat Prihatin warga krendetan yang berdomisili di Jakarta menimpali, “Di Krendetan (ngebong), ada bangunan kuno berbentuk kotak, perlu dicari tahu itu bangunan apa dan apa fungsinya, informasi tentang bangunan itu sepertinya sangat minim”.
Teman lain dalam grup membalas, “Itu dulu menurut cerita orang-orang sepuh di sekitaran kampung saya, di jaman kolonial ada pabrik namanya pabrik TOM, sejenis pabrik babaran batik apa gitu, kurang jelas, mungkin ada orang-orang tua sekitar ada yang tahu sejarahnya”. Lanjur diskusi pendek malam itu, “Iya pernah dengar juga kalau itu tempat medel kain batik”, tanggap teman whatsapp grup lainnya.
Siangnya ternyata mas Dwi Santoso, ketua korwil Bagelen Paguyuban Wayah Bagelen datang ke lokasi dan ternyata bertemu dengan seorang yang cukup tahu perihal bangunan tersebut. Alhasil jadilah sedikit cerita di bawah ini.
Mengungkap Sejarah Bangunan Berbentuk Kotak di Pinggir Jalan
Menurut penuturan warga desa sekitar yang bernama mbah Rukiman diketahui kalau batu berbentuk kotak itu adalah tempat pembilasan kain ( jarit) batik yang habis ditera dengan menggunakan malam(semacam pewarna batik) Kotak batu bata itu dibangun sekitar tahun 1930, pemilik tempat bilasan itu bernama Wongso Mulyo pendatang dari Blitar yang menetap di Bagelen.
Di sekitar tempat pembilasan batik itu ada sebuah saluran air kecil untuk irigasi ke sawah-sawah dan mungkin juga dimanfaatkan untuk mengisi air atau sebagai buangan limbah pembilasan kain batik.
Saluran air irigasi yang berada di bawah bukit Selis Krendetan itu bersumber dari bendung Ngelis yang juga dibangun pada jaman penjajahan.
Kain-kain batik itu dikumpulkan dari warga sekitar yang berprofesi sebagai pengrajin batik saat itu. Belum diketahui kapan usaha pembilasan kain batik itu berhenti, disinyalir usaha itu berhenti sejak munculnya perang besar di dalam merebut kemerdekaan.
Sejarah munculnya batik di nusantara ada pada jaman kerajaan Majapahit dan semakin dikenal dan dikembangkan khususnya di pulau Jawa di mulai pada awal abad 19.
Nah itu sedikit cerita dari warga sekitar yang dihimpun oleh mas Dwi. Itu hanya cerita dari salah seorang warga setempat, mungkin jika ditelusuri atau diteliti lebih dalam lagi akan ditemukan sejarah lain seputar Batik di Purworejo khususnya di kecamatan Bagelen. Semoga dinas terkait bisa meneliti tempat ini dan menjadikan ini sebagai cagar budaya yang dilestarikan.
Tentunya bukan masalah bangunannya, namun sejarah di balik bangunan kotak tersebut, apalagi ini berkaitan dengan budaya leluhur bangsa Indonesia yaitu batik. Pasti sejarah panjang perbatikan Bagelen akan sedkit terungkap lewat bangunan kotak yang kini terabaikan.
Jika teman-teman yang membaca tulisan ini dan mengtahui sejarahnya lebih dalam lagi, boleh dituangkan dalam kolom komentar artikel ini ya. Agar situs budaya ini akan terekam sepanjang zaman dalam artikel digital.
Discussion about this post